Touring
adalah perjalanan jarak jauh yang melibatkan rombongan (lebih dari satu
kendaraan) Pada prinsipnya sebuah klub motor, komunitas motor ataupun
kumpulan motor lainnya ketika akan melakukan touring biasanya mereka
sudah memiliki juklak, protap, tatib maupun aturan main touring,
termasuk bahasa isyarat konvoi untuk mendukung keselamatan ketika di
perjalanan.
Melihat
Touring merupakan suatu kegiatan yang sudah terencana, maka tentunya
ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketika touring diantaranya:
Mengutamakan prinsip Safety Riding
(keamanan berkendara) dimana kita juga harus memperhatikan keselamatan
diri kita maupun sekitar (INGAT KELUARGA DI RUMAH MENUNGGU KITA, BUKAN
MENUNGGU BADAN KITA). Dalam hal Safety Riding ini semua
perkumpulan pengguna jalan raya tentu akan setuju jika yang digunakan
sebagai patokan dalam berlalu lintas di jalan Raya adalah UU Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan yaitu untuk saat ini UU No. 22 Tahun 2009.
Semua
anggota Komunitas/Klub motor wajib memiliki SIM (Surat Ijin Mengemudi)
dan melewati proses pengujian yang benar. Sudah barang tentu pemilik
SIM sudah mengetahui sanksi hukum jika ada pelanggaran yang dibuatnya.
Jika benar ada pelanggaran, itupun pelanggaran per individu dan tidak
lagi menjadi kapasitas pengawasan dari Komunitas/Klub Motor.
Ketika
sebuah Komunitas/Klub Motor melakukan touring, biasanya seluruh
rangkaian touring diatur dengan profesional serta penuh tanggung jawab
dari para pengurusnya maupun dari seluruh anggota. Tanggung jawab ini
merupakan “harga diri” dari sebuah nama Komunitas/Klub Motor yang tetap
harus dijaga, karena masyarakat akan menilai suatu komunitas/klub motor
itu dari sikap selama di jalan.
DIBAWAH INI ADALAH CONTOH MEKANISME TOURING
1. Membentuk Panitia jika touring melibatkan lebih dari 50 peserta (bikers).
2. Menentukan PIC (Person in Charge) atau Group Leader (GL) jika peserta touring di bawah 50.
3. Panitia/PIC
menyusun acara antara lain: menetapkan lokasi, membuat nama acara,
membuat maksud dan tujuan acara, menetapkan waktu pelaksanaan,
menetapkan biaya, menetapkan rute perjalanan, menetapkan titik kumpul,
dan menetapkan jadwal pendaftaran (batas waktu).
4. Panitia/PIC membuat publikasi, undangan dan sosialisasi program acara touring. Sekaligus mencari sponsor (jika memungkinkan).
5. Panitia/PIC membuatkan “Surat Jalan” yang dikeluarkan Kantor Polda/Polres/Polsek (salah satu).
6. Panitia/PIC menetapkan “Persyaratan Standard Teknis atau Kelayakan Motor” peserta touring.
7. Form
pernyataan diisi oleh peserta antara lain data-data jika terjadi
keadaan darurat, maupun pernyataan dan tanggung jawab peserta jika
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
8. Setelah
jumlah dan nama peserta terkumpul, Pantia/PIC harus menetapkan petugas
touring yaitu: ‘Road Captain (RC)’, ‘Vooridjer (VJ)’, dan ‘Sweeper
(SW)’ untuk setiap grup.
9. Pembagian
grup atau konvoi ditetapkan dengan batas toleransi max. 10 (sepuluh)
motor per grup dengan interval start sekitar 5-10 menit. Masing-masing
Komunitas/Klub memiliki kebijaksanaannya sendiri dan dikondisikan
sesuai dengan rute yang akan dilewati.
10. Setiap
grup masing-masing bertanggung-jawab atas grup nya sendiri. Jika
terjadi pertemuan antara dua grup dalam perjalanan, terpaksa salah satu
grup harus memisahkan diri. Bisa jadi grup yang tadinya ada dibelakang,
diijinkan untuk melewati grup yang didepan (kasus demi kasus).
11. Petugas
touring yang dipilih oleh Panitia/PIC harus memiliki jam terbang atau
pengalaman touring, karena diharapkan mampu memberikan contoh yang baik
kepada anggota lainnya, khsususnya kepada yang baru pertama kali ikut
touring.
12. Sebelum
start, petugas teknis melakukan ‘screening’ untuk semua motor sesuai
isian form pernyataan dan standard pemeriksaan. Jika kondisi motor,
atau perlengkapan touring tidak memenuhi syarat, maka peserta dicoret
atau tidak boleh ikut serta.
13. Sebelum
start, petugas ‘Road Captain (RC)’ mengadakan ‘briefing’ sekaligus
sambutan dan pengarahan tentang tujuan dan maksud touring, menyampaikan
tata-tertib berkendara, serta arti dan makna dari “Safety Riding”.
14. Sebelum
start, petugas RC harus jelas menegaskan tentang pentingnya ‘hak dan
kewajiban sesama pemakai jalan’, ‘keselamatan umum’, ‘opini
masyarakat’, ‘mengurangi bunyi klakson’, ‘peraturan lalulintas’ dan
semua bikers harus tetap berlaku sopan/santun.
15. Sebelum
start, petugas RC perlu menjelaskan mengenai rute yang akan dilewati,
baik arah pergi maupun arah pulang, sekaligus menentukan titik-titik
pemberhentian, menentukan waktu istirahat, dan membuat kesepakatan baru
jika ada dan perlu.
16. Sebelum
start, para peserta yang menggunakan RAKOM (radio komunikasi) harus
saling berkoordinasi untuk menentukan saluran frekuensi yang
dipergunakan. Pilihan saluran yang harus disiapkan sejak awal minimum
ada 2 atau 3 channel, yaitu saluran utama dan saluran cadangan.
17. Giliran
petugas VJ melakukan pengaturan barisan konvoi sesuai ‘skill riding’
masing-masing peserta. Barisan juga disesuaikan dengan pemilik RAKOM.
Pergantian urutan bisa terjadi sesuai kenyamanan maupun pengamatan
petugas SW ketika grup berhenti saat isi bensin atau istirahat
minum/makan. Segala sesuatunya harus bisa dikondisikan sesuai keadaan
di lapangan.
18. Petugas
VJ wajib melakukan ‘briefing’ tentang tata-cara berkendara selama
touring, yaitu menyampaikan “bahasa isyarat touring” atau “hand signal group riding“.
Ia harus berdiri ditengah atau didepan semua peserta sambil memberikan
contoh semua gerakan-gerakan atau isyarat touring yang berlaku.
19. Pada
bagian akhir diberikan waktu tanya/jawab. Setelah itu petugas VJ
menutup briefing dengan berdoa, kemudian bersiap dimotor untuk segera
start.
BAHASA ISYARAT TOURING
Pada
bagian terakhir ini ‘VJ Touring’ wajib memberikan simulasi serta
menjelaskan arti dari pada “bahasa isyarat touring” yang harus
dilakukan oleh semua peserta secara berurutan. Jika ‘VJ Touring’
memberikan isyarat kaki diturunkan, artinya ‘VJ Touring’ memberikan
tanda ada jalan bergelombang, atau sebagai tanda ada jalan yang
berlubang, atau juga hal lainnya yang bisa membahayakan grup.
‘VJ
Touring’, berada diposisi paling depan, memberikan bahasa isyarat
touring yang kemudian diteruskan secara berurutan sampai pada peserta
di belakang. Hal ini harus dilakukan karena penerapan “Safety Riding”,
yaitu keselamatan berkendara dapat berjalan dengan baik dan lancar.
“Bahasa isyarat touring” atau “hand signals group riding”
yang dipergunakan di Indonesia pada umumnya adalah sama sebagaimana
telah dipakai oleh berbagai komunitas maupun klub motor di Indonesia
ketika mereka melakukan touring .
CONTOH GAMBAR (dikutip dari: www.a3hog.com)
Gambar
dibawah ini adalah sekedar contoh yang sekiranya harus dilakoni oleh
‘Petugas VJ Touring’ karena ia akan memimpin barisan grup, sudah tentu
posisinya harus berada di barisan paling depan. Kemudian bahasa isyarat
yang diberikan oleh VJ harus di ikuti oleh peserta secara berurutan
mulai dari peserta nomor dua dan terus kebelakang.
Namun
pada prakteknya contoh gambar-gambar yang dikutip dari website
www.a3hog.com untuk beberapa isyarat mempunya arti dan makna yang
berbeda. Hal ini karena disesuaikan dengan gaya dan riding style dari
setiap komunitas, klub motor, jenis motor yang dipakai. maupun sikap
dari pengendara itu sendiri.
Catatan:
Untuk
setiap keterangan yang ada dibawah ini hanyalah berdasarkan pengalaman
pribadi penulis ketika mengikuti touring secara grup.
1. START
MESIN: Petugas VJ memberikan isyarat ‘hidupkan mesin’ dengan tangan
kanan keatas sambil memainkan jari telunjuk tangan kanan.
Posisi
masih berhenti dan kode start harus didahului oleh klakson dari petugas
SW yang ada paling belakang. Usai klakson SW tadi, VJ memberikan
acungan jempol tangan kanan/kiri agar dilihat oleh semua peserta,
artinya ‘ready to go.’
2. BELOK
KIRI: Petugas VJ memberikan isyarat ‘belok kiri’ dengan cara
mengayunkan tangan kiri sampai batas pundak sebelum ia belok ke kiri,
ada juga yang memberi isyarat dengan cara menekuk tangan kiri ke atas,
kemudian direntangkan sejajar bahu.
3. BELOK
KANAN: Petugas VJ memberikan isyarat belok kanan dengan cara mengangkat
tangan kiri sampai keatas helm, dengan telapak tangan kiri tebuka
mengarah kekanan. Gerakan dilulangi beberapa kali menunjuk kekanan.
4. BAHAYA
DI SISI KIRI-1: Petugas VJ memberikan isyarat ada ‘bahaya di sisi kiri’
dengan mengangkat tangan kiri, serta menurunkan tangan kirinya ke bawah
sambil membuka jari telunjuknya. Menunjuk sesuatu kebawah kiri seperti
ada lubang atau jalan rusak. Cara ini jauh lebih baik dari pada dengan
mengangkat kaki.
5. BAHAYA
DI SISI KANAN-1: Kalau pengendara bisa melepas gas dengan situasi aman,
maka isyarat memberikan ‘bahaya di sebelah kanan’ bisa saja dilakukan
dengan mengangkat tangan kanan dan menunjuk ke arah kanan.
6. BAHAYA
DI SISI KANAN-2: Petugas VJ jika terpaksa memberikan isyarat ‘bahaya
disisi kanan’ dengan cara mengangkat kaki kanan secukupnya. Isyarat ini
bukan aksi mau menendang, tetapi hanya sekedar memberitahukan adanya
bahaya dikanan karena tangan kanan pengendara harus tetap pegang handle
gas
7. BAHAYA
DI SISI KIRI-2: Sama dengan kondisi diatas, Petugas VJ bisa juga
memberikan isyarat ada ‘bahaya disisi kiri’ sambil mengangkat kaki kiri
secukupnya. Sekali lagi isyarat-isyarat menggunakan kaki bukan
bermaksud menendang, tetapi hanya memberitahukan ada bahaya di kiri
sementara tangan kiri pengendara harus pegang kopling.
8. TAMBAH
KECEPATAN Petugas VJ memberikan isyarat ‘tambah kecepatan’ dengan cara
mengangkat tangan kiri sambil menunjukkan jari telunjuk kirinya.
Isyarat ini bisa juga di lakukan dengan membuka telapak tangan kiri
kemudian digerakkan kedepan berulang-ulang. Gerakan tangan yang lain,
yaitu tangan kiri diangkat ke atas kemudian didorong kedepan. Pesannya
mengatakan ‘ayo maju lagi, yuk kita lebih cepat lagi’. Isyarat ini
harus melihat kondisi jalan, apakah aman serta memungkinkan kecepatan
bisa ditambah.
9. KURANGI
KECEPATAN: Petugas VJ memberikan isyarat ‘kurangi kecepatan’ dengan
cara melepas lengan tangan kiri dari handle kopling dengan secukupnya
kemudian telapak tangan terbuka dimainkan atau diayunkan dengan
perlahan. Bisa juga lengan tangan kiri secara besar diayun-ayunkan agar
terlihat oleh semua peserta. Biasanya isyarat ini dilakukan ketika
melewati tikungan-tikungan di pegunungan atau di jalan lurus dimana VJ
minta kecepatan dikurangi secara perlahan, atau juga VJ minta extra
perhatian grup untuk selalu “hati-hati”.
10. RAPATKAN
BARISAN: Petugas VJ memberikan isyarat ‘rapatkan barisan’ dengan
mengangat tangkat kirinya keatas, mengepalkan telapak tangan kiri
kemudian diayunkan beberapa kali. Isyarat ini bisa juga ketika
kecepatan mendadak diminta VJ agar segera pelan dan kemudian akan
berhenti karena “red traffic light” atau bahaya lainnya.
11. BUAT
SATU BARIS: Petugas VJ memberikan isyarat ‘buat barisan jadi satu’
dengan cara mengangkat tangan kirinya tinggi dan menempatkan telapak
tangan kirinya diatas helm terbuka menghadap ke kanan, kemudian telapak
tangan tadi diayungkan seperlunya. Isyarat satu baris ini juga bisa
dengan mengangkat tangan kiri kemudian memberikan telunjuk satu kiri.
12. BUAT
DUA BARIS: Petugas VJ memberikan isyarat ‘buat dua baris’ dengan cara
mengangkat tangan kirinya sembari memberikan dua jari sebagai tanda
angka 2. Isyarat ini meminta formasi barisan grup menjadi dua dengan
syarat kecepatan rendah, kondisi jalan sepi dan formasi memang layak
untuk berbaris dua. Jika kondisi dua baris sudah tidak mungkin lagi,
maka secepatnya VJ memberikan isyarat satu baris (no. 11).
13. STOP/BERHENTI:
Petugas VJ memberikan isyarat “berhenti/stop” dengan cara melepaskan
tangan kirinya dari handle kopling kemudian telapak kirinya dibuka ke
belakang sambil dimainkan atau digoyang-goyang menandakan harap segera
berhenti. Isyarat ini jarang dipergunakan karena isyarat no. 10
rapatkan barisan dipakai sekaligus untuk berhenti.
Seluruh
keterangan mekanisme touring, maupun bahasa isyarat VJ yang telah
dipaparkan diatas bukanlah suatu hal yang baku. Sebenarnya masih banyak
lagi mekanisme touring, maupun isyarat-isyarat lainnya yang bisa
dipergunakan ketika berkendara bersama grup. Semua mekanisme touring
dan bahasa isyarat tetap disesuaikan dengan kebutuhan, juga
perkembangan dari setiap grup, komunitas maupun klub motor yang
bersangkutan.
RAKOM adalah
salah satu perangkat yang sangat membantu dalam kegiatan touring, namun
sayang tidak semua orang mampu melengkapi perangkat RAKOM di motornya.
Tapi yang paling penting, apapun mekanismenya, bahasa isyarat, maupun
cara penyampaiannya kiranya semua pihak tetap mengacu pada “Safety
Riding” karena keselamatan berkendara dan keselamatan umum tetap harus
diutamakan.
Semua
orang ingin menikmati perjalanan dengan nyaman, dan keluarga dirumah
pun selalu mendoakan agar kita selamat sampai ditujuan.
Sb :http://jalanberkarisma.wordpress.com/...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar